RAMADHAN DAN SPIRIT MENGEJAR MAGHFIRAH
Oleh : Syahrati
Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh kemenangan dengan pancaran sinar kemuliaan yang hadir dalam jiwa orang-orang yang beriman. Kebahagiaan dalam menyambut Ramadhan tidak terlepas dari berbagai bentuk keberkahan yang dijanjikan oleh Allah SWT baik secara materil maupun spiritual. Tingkatan keberkahan di bulan Ramadan tidak ada bandingannya dengan keberkahan-keberkahan yang Allah tawarkan kepada makhluk-Nya di bulan-bulan selain Ramadhan.bulan harapan kita untuk menngapai kemenangan di sisi Allah.
Ramadhan juga termasuk ibadah dengan keutamaan yang istimewa. Dalam salah satu hadits qudsi diterangkan, bahwa setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan 10 kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat, kecuali amal puasa. Allah SWT berfirman : “Puasa tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku”. (HR. Muslim).
Ramadhan datang sebagai bulan penuh ampunan, bulan pembakaran dosa-dosa orang-orang beriman. Ini sesuai dengan makna Ramadhan, yang artinya panas membakar. Panas membakar ini berasal dari sinar matahari. Ramadhan bermakna panas, kering, membakar, karena tenggorokan orang-orang terasa kering akibat hawa panas bulan tersebut. Panas juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan dan minum seharian. Panas membakar bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia.
Puasa diibaratkan sebagai proses pembersihan hati yang berasal dari noda hitam atas segala perbuatan dosa yang selama ini dilakukan. Semua manusia mengharapkan maghfirah, artinya kita sebagaimana manusia mempunyai kesalahan, dan setiap kesalahan butuh pengampunan. Ramadhan menjadi spirit bagi kaum muslimin untuk meraih maghfirah atau pengampunan dari Allah.
Di antara nama Allah Azza wa Jalla adalah al-Ghafûr (Yang Maha Pengampun), dan di antara sifat-sifat-Nya adalah maghfirah (memberi ampunan). Sesungguhnya para hamba sangat membutuhkan ampunan Allah Azza wa Jalla dari dosa-dosa mereka, dan mereka rentan terjerumus dalam kubangan dosa.
Keistimewaan 10 hari kedua bulan Ramadan tidak kalah besar dengan 10 hari pertama dan terakhir. Seperti yang telah diketahui, ada tiga fase Ramadan di mana Allah SWT memberikan pengampunan.Tiga fase ini yaitu 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari terakhir. Pada awalnya terdapat rahmat, tengahnya terdapat ampunan, dan terakhirnya terdapat pembebasan dari api neraka.
Saat ini kita sedang memasuki fase kedua yang keistimewaannya jangan sampai kita sia-siakan dan terlewat begitu saja. Apalagi, pada 10 hari kedua ini Allah SWT telah membuka pintu ampunan seluas-luasnya bagi umatnya yang berdoa dan
“Wahai bani Adam, sesungguhnya selama engkau masih berdoa dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu semua dosa yang ada padamu dan Aku tidak akan peduli; Wahai bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli;
Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seukuran bumi kemudian engkau datang menjumpai-Ku dalam keadaan tidak berbuat syirik atau menyekutukanKu dengan apapun juga, maka sungguh Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan seukuran bumi juga”.
(HR. at-Tirmidzi)
Pada momen inilah saat tepat untuk memperbanyak doa dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah kita perbuat. Selain berzikir, hendaknya kita memperbanyak diri bermuhasabah dari dosa yang pernah kita perbuat seperti dosa kepada orang tua, dosa pada pasanga hidup, dosa kepada anak-anak atas kelalaian kita sebagai orang tua, dosa kepada tetangga, dosa pada kerabat, dosa pada sahabat, dosa yang tak terlihat dan puncaknya dosa terhadap Allah Subhanuwata’ala. Istighfari…IIstighfari…Istighfari…
Saat kita meneteskan air mata mengingat setiap dosa yang telah kita perbuat, maka semua dosa Allah ampuni dan bila sudah diampuni maka Allah akan menjaga kita dari perbuatan maksiat dan perbuatan yang kurang baik. Selanjtkan akan dikembalikan dan ditukar menjadi sesuatu yang lebih baik oleh Allah. Seperti halnya mata yang pernah bermaksiat, ketika kita bertaubat maka mata ini akan ditukar fungsinya dari yang tidak baik diarahkan kepada yang baik, mata yang dulunya senang melihat yang negatif, saat allah terima taubat kita maka mata itu akan ditukar oleh Allah menjadi sensitif terhadap pandangan maksiat. Saat mata mendapatkan hidayah maka semua yang dilihat mendekatkan diri kita kepada Allah. Demikian pula dengan telinga, lisan hingga keujung kaki.
Maghfirah merupakan bentuk kasih sayang Allah. Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadhan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah. Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, “dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu”.